Anak-anak adalah generasi penerus bangsa, tidak terkecuali anak-anak yang hidup di jalanan. Stigma masyarakat terhadap anak-anak jalanan, sebagai berandalan, kumuh, kotor, tidak berpendidikan serta tidak memiliki etika, telah melekat pada diri mereka.
Tapi tidak untuk anak-anak jalanan binaan sanggar alang-alang Surabaya. Sanggar alang-alang Surabaya adalah tempat pembinaan anak-anak dhuafa, yang terpaksa harus menghabiskan waktunya, untuk bekerja membantu orang tuanya di jalanan.
Mengingat bahwa anak-anak jalanan juga bagian dari masyarakat, serta guna mengisi kebahagiaan bulan ramdhan 1431 H, Lembaga Kemanusiaan ESQ Jatim, mengadakan buka bersama, Minggu (22/08/10, di Sanggar Alang-alang yang lokasinya di sekitar terminal Joyoboyo Surabaya.
Buka bersama ini juga dihadiri oleh ketua Korwil, Najib Abdurrouf Bahasuan, Korda Surabaya, Alumni ESQ, dan Fosma Surabaya. Acara ini juga diisi oleh tausiyah, serta penampilan kesenian dan mengaji dari anak- anak binaan Sanggar Alang-alang
Selain itu, pendiri Sanggar alang-alang, yang akrab disapa “om Didit” ini menyampaikan bahwa sebutan untuk anak jalanan bagi anak-anak Sanggar alang-alang, seakan-akan membuat jarak dan membuat stereotype yang buruk bagi mereka. Sehingga kameraman senior TVRI ini, mengubah sebutan “anak jalanan” menjadi “anak negeri”. Dengan maksud bahwa nama adalah doa, serta harapan sebagai generasi penerus bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar